Kamis, 15 Agustus 2013

Signal Kasih: Mosaik yang Tak Terlupakan

Signal Kasih: Mosaik yang Tak Terlupakan
Oleh: Herna

Lembaran hidup terbuka di negeri sabana, bagian tengah Utara Nusa Cendana. Rangkaian hidup pun telah ternota dalam edaran masa sampai menghantar anak Nusa Cendana pada sebuah episode yang bertutur tentang sebuah kisah bernuansa cinta.

Pada mulanya hanya suara halus yang bersumber dari suatu kepolosan teramat suci. Gema suara itu mengharukan nurani anak sabana. Dalam kepolosan dan keluguan, anak sabana jatuh dalam getaran suara halus, laksana burung camar mengepak sayap menantang gelapnya samudera biru, yang mendarat pada tanjung hati pendamba belaian ilahi. Anak sabana pun mengembangkan layar bahtera panggilan demi menantang samudera hati manusia lalu mendarat pada tanjung ketulusan akan sebuah pengabdian.

Layar sudah berkembang. Bahtera pangilan terus berlayar menuju puncak idaman terluhur di iringi kisah yang terpahat sejalan tapak. Kisah hidup yang ternota dalam lembaran hidup di negeri cendana makin indah terlukis.

Saat musim semi negeri luhur nusantara, anak sabana persembahkan diri dalam ikrar suci di nusa cendana perbatasan Timor Leste. Realitas sakral ini disaksikan ribuan mata yang berkanjang dalam bangunan tua yang berlabur putih. Insan terpangil terus mendayung bahtera melaju terus. Bulan Agustus tahun terakhir abad kedua puluh satu, bahtera pangilan anak sabana merapat pada sebuah dermaga di Nusa Bunga. Indahnya Nusa Bunga seakan menggusur pergi kerinduan akan kampung halaman.

Kedatangan anak sabana di sini demi merias diri dalam suatu pribadi yang humanistis di puncak bukit suci.

Hari terus berkisah seiring cahaya mentari yang berpijar indah di balik bukit suci. Tekat putera sabana masih terpaut pada cinta dan cita tungal “Berbakti seutuhnya pada Dia". Nuansa keheningan di bangun yang berlabur putih pula di negeri bunga tepatnya pada peergantian edaran purnama, sepoi angin menebarkan bayang indah seraut wajah puteri bunga tepatnya pada pergantian edaran purnama,  datang brcengkrama dalam angan insan terpangil.
Pertemuan pertama ini terus melintas dalam tapak suci. Kembali kisah suci kebersamaan semakin mengalun indah menerpa hati yang masih ada pada cinta tungal yang luhur. Melodi itu semakin lantang mengiringi peredaran purnama dengan mengabarkan pada penguasa siang.
Nikmatnya melodi, kian terasa bila bayangan sang puteri membayang bersama peraduan.

Ach….Inikah sebuah pratanda akan diterpanya cinta teramat mulia yang selama ini menjadi obsesi?.....oh.... aku tak kuasa, ujarku.
Bagaimana pun itu adalah sebuah rasa yang dimiliki oleh insan penghuni dunia.
Haruskah selubung pakain putih tak boleh diterpa ……? Tidak……..! Tidak ……!
Mungkin ada yang mengelak.

Tatapan puteri bunga saat seakan menghanyutkan.
Cinta akan kerinduan bersamanya terus bersemi. Arus dan gelombang pun terus berdatangan. Bahtera panggilan mulai goyah.
Kompas penunjuk arah seolah tak berfungsi. Ke mana harus ditujui mulai kabur. Lantaran, signal kasih akan puteri nusa bunga terus menampak bagai sang malaikat penghibur.

Motif mulai terjerumus dalam rona peraduan sebuah kasih ……..
Bahtera pun terus berkabar bagai musafir membawa terus kasih itu dalam nuansa  kebersamaan. Slogan kasih mulai berkibar di hati putera sabana dan puteri nusa bunga.

Kebimbangan datang meraja di nubari masing–masing insan pemilik kasih itu.
Sementara dalam bangunan putih, benih kasih berkecambah di plataran sanubari.
Apakah dia di sana tahu telah memiliki untuk mengasihinya….?
Di sudut nurani terus bertutur “barang siapa mengikuti Aku, ia harus tingalkan segala-galanya.
Antara rasa dan nurani berebut tempat dalam cita anak sabana di hadapkan pada dua pilihan yang sama-sama mengembangkan nuansa kasih yang berpusat pada rasa untuk mengasihi.

Ku lihat sesuatu yang indah padanya” kira-kira kata itulah yang terus berdendang dalam asa sebuah rasa.  
“Tuhan ….. izinkanlah aku mencintainya tanpa mengurangi kisah sayangku pada-Mu.
Nada permohonan terperanjat ke haribaan sang guru ilahi.

Kebersamaan kami kian terangkai pada kedekatan hati bersenandung kasih – mesrah.
Mungkinkah kasih yang disenandungkan oleh dua insan berlaianan pulau; akan beranjak pada konser kerinduan yang berpuputkan cinta…….
Terima kasih buat dia yang pernah menjalin cinta dan memperkenalkan keindahan dunia.

Kota tsunami, valentine's day 2000

Signal Kasih: Mosaik yang Tak Terlupakan

Signal Kasih: Mosaik yang Tak Terlupakan
Oleh: Herna

Lembaran hidup terbuka di negeri sabana, bagian tengah Utara Nusa Cendana. Rangkaian hidup pun telah ternota dalam edaran masa sampai menghantar anak Nusa Cendana pada sebuah episode yang bertutur tentang sebuah kisah bernuansa cinta.

Pada mulanya hanya suara halus yang bersumber dari suatu kepolosan teramat suci. Gema suara itu mengharukan nurani anak sabana. Dalam kepolosan dan keluguan, anak sabana jatuh dalam getaran suara halus, laksana burung camar mengepak sayap menantang gelapnya samudera biru, yang mendarat pada tanjung hati pendamba belaian ilahi. Anak sabana pun mengembangkan layar bahtera panggilan demi menantang samudera hati manusia lalu mendarat pada tanjung ketulusan akan sebuah pengabdian.

Layar sudah berkembang. Bahtera pangilan terus berlayar menuju puncak idaman terluhur di iringi kisah yang terpahat sejalan tapak. Kisah hidup yang ternota dalam lembaran hidup di negeri cendana makin indah terlukis.

Saat musim semi negeri luhur nusantara, anak sabana persembahkan diri dalam ikrar suci di nusa cendana perbatasan Timor Leste. Realitas sakral ini disaksikan ribuan mata yang berkanjang dalam bangunan tua yang berlabur putih. Insan terpangil terus mendayung bahtera melaju terus. Bulan Agustus tahun terakhir abad kedua puluh satu, bahtera pangilan anak sabana merapat pada sebuah dermaga di Nusa Bunga. Indahnya Nusa Bunga seakan menggusur pergi kerinduan akan kampung halaman.

Kedatangan anak sabana di sini demi merias diri dalam suatu pribadi yang humanistis di puncak bukit suci.

Hari terus berkisah seiring cahaya mentari yang berpijar indah di balik bukit suci. Tekat putera sabana masih terpaut pada cinta dan cita tungal “Berbakti seutuhnya pada Dia". Nuansa keheningan di bangun yang berlabur putih pula di negeri bunga tepatnya pada peergantian edaran purnama, sepoi angin menebarkan bayang indah seraut wajah puteri bunga tepatnya pada pergantian edaran purnama,  datang brcengkrama dalam angan insan terpangil.
Pertemuan pertama ini terus melintas dalam tapak suci. Kembali kisah suci kebersamaan semakin mengalun indah menerpa hati yang masih ada pada cinta tungal yang luhur. Melodi itu semakin lantang mengiringi peredaran purnama dengan mengabarkan pada penguasa siang.
Nikmatnya melodi, kian terasa bila bayangan sang puteri membayang bersama peraduan.

Ach….Inikah sebuah pratanda akan diterpanya cinta teramat mulia yang selama ini menjadi obsesi?.....oh.... aku tak kuasa, ujarku.
Bagaimana pun itu adalah sebuah rasa yang dimiliki oleh insan penghuni dunia.
Haruskah selubung pakain putih tak boleh diterpa ……? Tidak……..! Tidak ……!
Mungkin ada yang mengelak.

Tatapan puteri bunga saat seakan menghanyutkan.
Cinta akan kerinduan bersamanya terus bersemi. Arus dan gelombang pun terus berdatangan. Bahtera panggilan mulai goyah.
Kompas penunjuk arah seolah tak berfungsi. Ke mana harus ditujui mulai kabur. Lantaran, signal kasih akan puteri nusa bunga terus menampak bagai sang malaikat penghibur.

Motif mulai terjerumus dalam rona peraduan sebuah kasih ……..
Bahtera pun terus berkabar bagai musafir membawa terus kasih itu dalam nuansa  kebersamaan. Slogan kasih mulai berkibar di hati putera sabana dan puteri nusa bunga.

Kebimbangan datang meraja di nubari masing–masing insan pemilik kasih itu.
Sementara dalam bangunan putih, benih kasih berkecambah di plataran sanubari.
Apakah dia di sana tahu telah memiliki untuk mengasihinya….?
Di sudut nurani terus bertutur “barang siapa mengikuti Aku, ia harus tingalkan segala-galanya.
Antara rasa dan nurani berebut tempat dalam cita anak sabana di hadapkan pada dua pilihan yang sama-sama mengembangkan nuansa kasih yang berpusat pada rasa untuk mengasihi.

Ku lihat sesuatu yang indah padanya” kira-kira kata itulah yang terus berdendang dalam asa sebuah rasa.  
“Tuhan ….. izinkanlah aku mencintainya tanpa mengurangi kisah sayangku pada-Mu.
Nada permohonan terperanjat ke haribaan sang guru ilahi.

Kebersamaan kami kian terangkai pada kedekatan hati bersenandung kasih – mesrah.
Mungkinkah kasih yang disenandungkan oleh dua insan berlaianan pulau; akan beranjak pada konser kerinduan yang berpuputkan cinta…….
Terima kasih buat dia yang pernah menjalin cinta dan memperkenalkan keindahan dunia.

Kota tsunami, valentine's day 2000