Bersama Aktivis WALHI Berkarya untuk
Lingkungan
Ayo, Selamatkan Alam Kita!
LEMBAGA Swadaya
Masyarakat (LSM) Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), kembali
melakukan konsolidasi regional (Konreg) di Kota Kupang. Tentunya,
dengan mengusung tema tentang lingkungan hidup, yaitu bagaimana
memetakan potensi daerah kepulauan regional Bali, Nusa Tenggara dan
Maluku Utara (Banusrama), dalam memperluas akses terhadap sumber daya
alam (SDA).
Konreg digelar di aula
Hotel Dewata Kupang yang beralamat di Jalan Tompello selama dua hari
yaitu (26/27/9) dengan tema “Mempertegas akses dan kontrol sumber
daya alam masyarakat pulau-pulau kecil”.
Kegiatan ini bertujuan
agar terajut kesadaran kolektif warga region Banusrama dalam upaya
mendorong lahir dan tegaknya kedaulatan atas akses dan aset sumber
daya pesisir. Selain, terajutnya jaringan kerjasama antar stakeholder
dalam upaya penyelamatan wilayah pesisir Banusrama.
Hadir Nur Hidayati,
Kepala Depertemen Kampanye dan Advokasi Eksekutif Nasional (Eknas)
Walhi. Selain itu tuan rumah Walhi NTT, hadir perwakilan dari
Eksekutif Daerah (Ekda) Walhi Propinsi Bali, NTB dan Maluku Utara.
Nur Hidayati, dalam
kegiatan itu mengaku konreg juga bertujuan agar semakin memperluas
gerakan penyelamatan pesisir region Banusrama. Di samping adanya
piagam dan road map bersama yang memuat prinsip-prinsip pengelolaan
perairan (pesisir) yang berkeadilan serta komitmen kerja bersama
dalam agenda penyelamatan pesisir.
Sehingga pada akhirnya
dapat terbentuk jejaring konsolidasi Walhi se-region Banusrama dan
adanya road map bersama pengelolaan pesisir dan prasarana pendukung
bagi upaya-upaya mewujudkan pesisir yang akan diintegrasikan dalam
rencana aksi masing-masing dan juga adanya penemuan core-campaign
untuk regio Banusrama.
Dijelaskan, gugus sunda
kecil (Bali, NTB dan NTT) dan Maluku Utara, terdiri dari lebih kurang
5.037 pulau dan berpenduduk 13. 963.958 jiwa. Sebagaimana daerah
kepulauan lainnya, Sunda Kecildan Maluku merupakan daerah vulkanik
aktif dan memiliki patahan lemping yang muda menimbulkan gempa bumi
dan tsunami. “Daerah resapan air lebih sempit sedangkan tingkat
eropsi yang lebih tinggi. Sebagian besar wilayah pulau terdiri dari
pesisir dan laut. Iklim regional merupakan iklim makro yang sangat
dipengaruhi oleh keadaan topografi dan laut yang kemudian menimbulkan
iklim musiman yang khas dengan suhu yang relatif kurang jika
dibandingkan pulau besar. Kontur daratan yang berpegunungan dan
pesisir yang sangat luas menjadikan Sunda Kecil dan Maluku memiliki
kekayaan alam yang berlimpah,” jelas Hidayati.
Menurut Hidayati,
lingkungan lebih terspesialis dengan proporsi jenis endemik yang
lebih tinggi dibandingkan komunitas keseluruhan yang secara
kuatitatif miskin. Dan, hal tersebut menurutnya juga berarti Sunda
Kecil dan Maluku memiliki kerentanan ekolgoi, fisik serta sosial
budaya.
Baginya kesamaan
karakteristik yang menyatakan Bali dan Nusa Tenggara dan Maluku
adalah kesamaan geografis dimana merupakan pulau-pulau kecil dengan
ciri khas yang sama, diantaranya luasan lahan dan hutannya yang
terbatas, tapi memiliki keragaman hanyati yang rendah, juga keragaman
sosial ekonomi yang berkembang mengikuti karakteristik sebuah pulau.
“Pulau kecil yang memiliki relasi yang khas antara satu pulau
dengan pulau tetangganya, dalam hal saling memenuhi kebutuhan
masing-masing. Sunda Kecil dan Maluku yang merupakan pulau-pulau
kecil, memiliki keunikan antar satu pulau dengan pulau lainnya, baik
dari segi entitas, keanekaragaman hayati dan sumber daya alam-nya.
Keragaman tersebut menumbuhkan keragaman budaya dari relasi manusia
dengan alam-nya,” Jelas Hidayati.
Ditambahkan, sebagai
kawasan yang terdiri dari pulau-pulau kecil, Sunda Kecil dan maluku,
memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap ancaman geologis,
dinamika sosial politik serta ekonomi budaya di tingkat lokal,
eksploitasi dan ekstraksi SDA Pesisir dan daratan, pasar bebas,
pemanasan global dan perubahan iklim. Untuk itu, dibutuhkan model
pendekatan pengelolaan SDA yang berbeda dalam upaya memastikan
terjanganya sumber-sumber kehidupan rakyat. (obed gerimu/semy)
Timex, 29
September 2013