Jumat, 06 Januari 2017

WTM LAKUKAN PELATIHAN PUPUK CAIR DAN PESTISIDA ORGANIK

WTM LAKUKAN PELATIHAN PUPUK CAIR DAN PESTISIDA ORGANIK

Kegiatan pelatihan pembuatan Pupuk dan Pestisida Organik untuk 5 kelompok (Winiroja, Tipopama, KWT Gaemuri, Mamorua dan Sa Ate) yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa (Pemdes) Reroja  bertempat di Aula kantor desa, pada hari Selasa tgl 3 January 2017. Peserta kegiatan ini berjumlah limapuluhan warga. Turut hadir dalam kegiatan itu adalah Kepala desa, Ketua BPD, kepala dusun, kader tani, Fasilitator Lapangan, Kordinator Advokasi penelitian dan pengolahan hasil, Kordinator Pertanian dari WTM.
Sebelum dilakukan presentasi materi, kegiatan pelatihan dibuka Kepala Desa Reroja (Bernadus Benhar Kelan). Dalam sambutannya, Benhar mengatakan bahwa Pihak desa sangat antusias terhadap kegiatan pelatihan PPO ini dan juga berterima kasih kepada WTM yang selalu mendampingi kelompok dalam hal usaha taninya.
Kegiatan ini bukan hanya pratek sesaat tetapi harus ada implementasi serta bukti keseriusan dari setiap peserta/kelompok untuk tetap secara rutin mebuat pupuk dan pestisida organik, tegas Behnar.
Kepala desa juga meminta kepada pihak WTM untuk tetap mendampingi kelompok  tani serta tetap menjalin kerja sama dengan pemdes Reroja sehingga program pemberdayaan terhadap petani dapat berjalan dengan baik. Selain itu harapan dari desa bahwa WTM harus secara rutin dan berkelanjutan dalam mendampingi  kelompok tani, sehingga ada dampak perubahan yang nyata di tingkat petani  dari segi pengelolaan usaha tani sampai pada peningkatan pendapatan petani, pesannya.
Sedangkan menurut Petrus Woda, Ketua BPD Reroja mengungkapkan bahwa dengan mengurangi pemakaian pestisida kimia dan beralih ke pestida organik karena bahan mudah didapat dan mudah cara pembuatannya, pemanfaatan lahan yang maksimal. Lebih dari itu, Petu juga menegaskan bahwa lahan pertanian jangan dijual karena lahan ini untuk anak cucu kita di kemudian hari.
Selanjutnya Maria Martha Muda, koordinator advokasi penelitian dan pengolahan hasil WTM dalam program Misserior mengapresiasi pemerintah desa yang mulai mengakomodir kegiatan pelatihan pestisida organik, sebagai wujud keberpihakan pemdes kepada petani. Selain itu, kami melihat bahwa Pihak desa Reroja khususnya Kepala desa BPD sangat mendukung kegiatan yang didampingi WTM selama ini di desa reroja, ujarnya.
WTM melalui progam Kerja sama Missereor - WTM mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan dengan pola usaha tani terpadu yang organik. Oleh karena itu, WTM bersama-sama dengan petani dampingan mengelola usaha tani melalui peningkatan pemakaian organik di lahan/sawah oleh kelompok tani, ungakap putri Nagi.
Hal yang sama disampaikan juga Dedy Alexander (Koordinator pertanian) bahwa kegiatan ini harus berlanjut sampai pada Rencana Tindak Lanjut (RTL) di setiap kelompok yang mengikuti pelatihan ini sehingga secara rutin diproduksi dan dimanfatkan di kebun petani berdasar pada perencanaan petani.
Alex juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintan desa Reroja yang selalu siap mendukung kegiatan beberapa kelompok tani yang sedang didampingi WTM desa Reroja. Ke depan kita tetap menjalin kerja sama yang baik guna tercapainya tujuan bersama untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Setelah itu, Fransiskus Toki selaku kader tani yang memfasilitasi kegiatan tersebut dengan memberi materi singkat tentang pupuk dan pestisida organik. Materi dimulai dari pengertian pupuk dan pestisida, keunggulan, alat dan bahan, proses pembuatan, serta cara penggunaan.
Kemudian bersama kader mama Martha Avriana membagi peserta menjadi 2 kelompok kerja untuk proses pembuatan pestisida organik. Semua peserta antusias dengan menyiapkan bahan bahan yang diperlukan untuk pengolahan pestisida organik.
Beberapa alat dan bahan yang dipersiapkan untuk pembuatan pestida organik adalah Gentonng, parut, lesung/alu, pisau.  Sedangkan bahan-bahan alami diantaranya: Ubi gadung, Kulit rita, kulit denu, kaliraga, tarung, koko, Moro, Neta, kusi, biji mahoni, daun nimba, daun karinu, daun pepaya, sambiloto, lombok, bawang merah dan bawang putih.
Setelah itu dilanjutkan dengan proses dan praktek  pembuatannya yang difasilitasi oleh kader tani dan fasilitator lapangan.