Bagian (1), Proses Rabu, 23 Agustus 2017
WTM, BURUNG INDONESIA DAN CEPF
LAKUKAN WORKSHOP:
PARADIGMA PERWUJUDAN PENGELOLAAN
KAWASAN EGON ILIMEDO YANG ECO-POPULIS
Dalam upaya penyelamatan dan perlindungan kawasan Egon
Ilimedo perlu dibangun sinergisitas kinerja antar para pihak. Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam kerja samanya
dengan Burung Indonesia dan Critycal Ecosystem Partnership Fund (CEPF)
menyelenggarakan Workshop Pengelolaan Sumber Daya Alam dengan tema: “Paradigma Perwujudan Pengelolaan Kawasan Egon
Ilimedo yang Eco-Populis” di pelataran Gereja Paroki Hebing (23/08).
Add caption |
Kegiatan ini dibuka oleh Paulus Nong Susar Wakil Bupati
Sikka, didampingi oleh Theresia M. Donata Silmeta (Camat Mapitara) dan Carolus
Winfridus Keupung (Direktur WTM) dan para Panelis, yakni: Vitalis Nong Fendi
(Kepala UPT-KPH Sikka), Agustinus Dj. Koreh (Kepala BKSDA Unit Flores bagian
Timur), Romo Tasman Ware (Pastor Paroki Renya Rosari Hebing), Rafael Raga
(Ketua DPRD Sikka), Markus Dua Lima (Wakili Kepala Dinas Pertanian Sikka) dan
Yunida Polo (Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sikka), Yohanes Suban Kleden
(Fasilitor dari PBH Nusra), Kapolsek Bola, Para Kepala Desa, Ketua BPD, Ketua
Kelompok Tani, Kader Tani.
Carolus Winfridus Keupung (Direktur WTM) dalam sambutannya
mengatakan bahwa Kawasan lindung Egon Ilimedo merupakan salah
satu kawasan hutan di Kabupaten Sikka yang memiliki luas 19.456,80 ha atau
78,6% dari total luas kawasan hutan kabupaten Sikka 24,738,43 ha. Kawasan ini mencakupi beberapa kecamatan,
yakni: Waigete, Mapitara, Doreng,
Talibura, Waiblama, Bola, dan Hewokloang yang telah menjadikan kawasan hutan Egon Ili Medo sebagai susu dan madu
bagi hidupnya.
Bahwa, Pemberian
alam seutuhnya dijadikan sebagai hakikat dasar dalam pengelolaan sumber daya
alam yang mana dijadikan sebagai pusat hidup mereka (kosmosentris). Tidak
heran, bila warga pada empat (4) desa di kecamatan Mapitara, yakni: Natakoli,
Egon Gahar, Hale dan Hebing berusaha mempertahankan hidup dan eksistensinya, struggle
for life and struggle for existence di tengah perdebatan akan tapal batas
1932 dan 1984 yang berdampak pada sempitnya dan ketidakpastian ruang kelola
mereka.
Hutan dipahami sebagai sebuah ruang penting bagi kehidupan manusia yang
mana memberi nilai keseimbangan ekologi. Fungsi dan peran kawasan hutan Egon
Ilimedo seharusnya memberikan layanan alam yang baik dan nyaman mulai
terganggu. Hal ini disebabkan berbagai perilaku negatif, seperti: perambahan
hutan, ladang berpindah dengan sistem tebas-bakar, dan tidak adanya teras
sering di lahan yang miring berdampak pada menurunnya dukungan dan layanan
kawasan Egon Ilimedo. Atau secara
umum, dilihat bahwa penyebab kemerosotan kualitas lingkungan, seperti adanya destructive
logging, persoalan pal batas yang belum tuntas, kesadaran ekologis masih
rendah dan masyarakat di kawasan sebagai objek, sebelum adanya perubahan
paradigma pengelolaan hutan. Fakta-fakta ini diidentifikasi sebagai situasi
yang terberi dari kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang tidak berpihak
pada nilai-nilai eco-humanis, ungkap Win.
Theresia M. Donata Silmeta (Camat Mapitara) dalam sambutannya
mengatakan bahwa kita di sini belum banyak yang sadar akan kebersihan
lingkungan dan bagaimana pentingnya kawasan Egon Ilimedo bagi kita. Bahwa, Kalau
bapak menanam maka ibu merawatnya. Kalau kita rawat dengan baik maka kenikmatan
itu akan dinikmati generasi ke generasi. Mari kita mulai pola hidup sehat dan
cinta lingkungan, ajak Ibu Silmeta.
Paulus
Nong Susar (Wakil Bupati Sikka) dalam sambutannya mengatakan bahwa Kegiatan ini
mengingatkan saya akan kerja WTM ketika zaman bupati Lorens Say hingga
sekarang. Untuk itu, saya mewakili pemerintah kabupaten Sikka mengucapkan
terimakasih kepada LSM (WTM) yang bekerja dalam penyelamatan lingkungan.
Pemerintah daerah akan membuat perda pengelolaan sumber daya
alam. Dalam kaitan dengan pengelolaan lingkungan ini kita dari pemerintah perlu
memberi bimbingan dan edukasi seperti menertibkan mereka yang membangun rumah
di dalam kawasan. Kemudian ada program yang kita kenal dengan HKM. Itu adalah
ruang yang diberi pemerintah kepada masyarakat untuk mengelolah hutan dengan
baik. Sedangkan Bapak-Ibu guru bisa memasukan ini sebagai Materi Mulok untuk
diajarkan di Sekolah-sekolah, harap Nong Susar.
Pertemuan hari ini dan besok kita coba mengecek kondisi
kebunnya masing-masing dan menceritakan. Lalu pemerintah melihat pada hutan
yang bukan hanya berdampak pada lingkungan tetapi juga ekonomi dan sosial. Hari
ini sampai besok menjadi waktu yang sangat bermanfaat untuk kita diskusikan
bersama dalam rangka penyelamatan lingkungan
alam, ajak Wabup Sikka.
Setelah ceremonial pembukaan para panelis mempresentasikan
materi sesuia dengan topik yang dipercayakan. Diskusi panel ini dipandu oleh Yohanes Suban Kleden (PBH Nusra).
Kegiatan ini dilanjutkan dengan presentatasi dari para
panelis yang hadir. Bisro Sya’Bani (KSDAE
– KLHK): Paradigma Baru Pengelolaan
Kawasan Konservasi Berbasis Rakyat, Vitalis
Nong Fendi: Kepala Unit Pelaksana Teknis, Pengelolaan Kawasan Hutan
(UPT-KPH): “Meneropong Upaya-upaya
Penyelamatan dan Apa Peran Kawasan Egon Ilimedo” Agustinus Dj. Koreh: Kepala BKSD Sikka: Potret Eksistensi dan Ancaman Satwa Liar di Kawasan Egon Ilimedo”. Yunida Pollo: Kepala Dinas Lingkungan
Hidup: “Perspektif Penyelamatan
Lingkungan Hidup dan Apa Perannya” . Rm.
Tasman Ware, Pr: Pastor Paroki Renya Rosari Hale-Hebing: “Pandangan Gereja Masa Kini dalam Upaya
Penyelamatan Kawasan Lindung”. Hengky
Sali: Kepala Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Sikka: “Memotret Pola Pertanian Berkelanjutan dalam Upaya
Penyelamatan Lingkungan Hidup di Sikka”. Rafael Raga: Ketua DPRD
Sikka“Potret Legislasi dalam Penyelamatan
Kawasan Egon Ilimedo”
Setelah kegiatan ini dilanjutkan dengan pembagian komisi
yakni Komisi A. Membahas tentang Perlindungan dan Pengawasan, Komisi B;
Kebijakan. Setelah itu, dilakukan dengan Potret bersama para panelis dengan
peserta.
Penutur Cerita: Herry Naif, Koordinator Program WTM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar