Selasa, 12 Januari 2016

Kawasan Mata Air Wolokoli, Desa Rero Roja Siap Dikonservasi Warga

Kawasan Mata air Wolokoli yang terletak di desa Rero Roja, Kecamatan Magepanda merupakan sumber mata air yang mengairi persawasan di Woloboa dan Duli. Bahkan mata air ini pun menjadi sumber penghidupan warga Rero Roja. Menurut pengakuan Simon, salah satu petani asal Rero Roja mengaku bahwa setiap tahun pada bulan Januari mereka sudah menanam pada petak-petak yang disiapkan. Tetapi tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Saya sudah siapkan bibit padi tetapi karena belum ada air yang mengalir maka solusinya adalah menyiapkan mesin pompa air untuk membantu saya dalam pengairan persawahan, demikian tuturnya.

Lebih lanjut simon mengaku bahwa sudah tiga tahun, saya tidak menggunakan pupuk kimia. Saya menggunakan pupuk organik seperti yang diajarkan Wahana Tani Mandiri (WTM) dan ini tentunya lebih hemat dalam produksi. Hasilnya ternyata sama dan malah menguntungkan kondisi tanahnya tetap subur dan tanah tidak bergantung dengan pupuk, ujar petani tiga anak ini.

Sedangkan, dalam diskusi terbatas dengan beberapa petani yang difasilitasi oleh Maria Martha Muda (Fasilitator WTM), tentang konservasi mata air. Dalam diskusi dalam program yang difasilitasi oleh WTM dukungan Miserior, Martha menyatakan bahwa konservasi adalah sebuah kebutuhan yang harus dilakukan segera. Bahwa tanpa konservasi terhadap mata air ini akan menimbulkan bencana yang lebih parah. Sekarang tentunya para petani mengalami sendiri bagaimana kondisi alam yang sangat panas, ini akibat akumulasi kerusakan lingkungan yang terjadi secara global, termasuk kita di Kabupaten SIkka dan khususnya kita di Woloboa, Rero Roja, demikian pernyataan Oa, sapaan petani baginya.

Diskusi yang dilakukan di Kebun itu terkesan sangat bersahaja dengan alam. Hadir dalam kegiatan itu, Herry Naif (Kooordinator Riset dan Advokasi Lingkungan Hidup) Wahana Tani Madiri mengatakan bahwa keterlibatan warga dalam konservasi adalah suatu yang mendesak. Bahwa rakyat harus menanam dan merawatnya. Setelah itu baru Pemerintah memberi insentif bukannya memberi insentif pada penanaman, kritiknya. Karena itu, pemerintah sudah saatnya mengubah pola konservasi yang dibangun. Pemerintah jangan bernafsu besar menanam seribu milyard pohon tetapi penebagan, pembakaran terus dilakukan. Pemerintah harus realistis dalam konservasi, lebih baik setiap warga diwajibkan menanam satu pohon dan dirawat sampai besar maka sepuluh tahun Sikka menjadi hijau.

Sedangkan Frans Toki, salah satu tokoh BPD Rero Roja mengatakan bahwa mengembalikan alam seperti sebelumnya harus menjadi niatan bersama. Karena daerah ini dulu kaya akan air dan hampir semua lokasi persawahan dikelola. Sekarang malah dari waktu ke waktu, luasan sawah yang dikelola itu menyempit bersamaan seiring dengan berkurangnya debit air.  Karena itu saya ajak kita untuk lindugi kawasan selain menanam pohon pada kawasan mata air juga kita memagar kawasan tersebut agar kawasan itu tidak dimasuki kerbau, kambing dan binatang lain yang akan merusak pohon dan mata air tersebut.

Sekarang jagung-jagung di kebun warga daunya mulai layu, sebab sudah dua minggu tidak turun hujan. Kondisi ini bisa berdampak pada kegagalan panen yang bisa membuat rakyat Rero Roja dalam memenuhi kebutuhan pangan, demikian ujar franto.

Penulis adalah Direktur Wahana Lingungan Hidup Indonesia (WALHI) dan
Koordinator Penelitian dan Advokasi Lingkungan Hidup Wahana Tani Mandiri (WTM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar