Lakukan Perkawinan Silang Benih Padi
Oleh: Wall Abulat
Maumere, Flores Pos
Konsultan Peopled Led Development
Miserior Jerman, Elisabet dan Petani Masipag Filipina, Yuni memuji
para petani dampingan Wahana Tani Mandiri (WTM) Sikka yang sangat
profesional melakukan perkawinan silang dua jenis benih padi untuk
mempertahankan padi unggulan lokal yang hampir punah. Miseror Jerman
siap bekerja sama dengan WTM untk kegiatan perkawinan silang
dimaksud.
Apreseasi dari Miserior Jerman dan
Masipag Filipina itu disampaikan usai para petani dampingan WTM
melakukan kegiatan perkawinan silang benih padi di Puskolap
Jiro-Jaro, Tana li, Desa Bhera, Kecamatan Mego, Rabu (16/3).
Disaksikan media ini, selama kegiatan
tiga hari ini, petani dampingan WTM didampingi petani Masipag
Filipina, Konsultan People Led Development Miseror Jerman, Direktur
WTM Win Keupung dan Koordinator Advokasi, Riset Lingungan dan
Pengelolaan Hasil WTM Herry Naif melakukan aneka kegiatan diantaranya
penjelasan soal persiapan kawin silang, lalu peserta bersama
fasilitator menuju lokasi persawahan Lowolo, Bhera untuk pengambilan
sampel padi yang siap kawin.
Padi yang dijadikan sampel perkawinan
adalah pare Kupa dan pare Chiherang. Usai pengambilan Benih
dilanjutkan dengan penjelasan tentang bagaiman melakukan kawin
silang. Dari penjelasan itu, para peserta kemudian melakukan praktek
pemotongan malai benih yang siap kawin. Semua peserta, serius
mengikuti praktek tersebut, kendati harus dilakukan dalam beberapa
tahapan penerjemahan dari bahasa tagalog, Inggris, dan Indonesia.
Atau sebaliknya bila dari peserta maka harus diterjemahkan dari
bahasa Tagalog, Inggris dan Indonesia.
Setelah melakukan praktek
pemotongongan malai betina yang siap kawin, ditutup dengan kertas
minyak dan dilanjutkan dengan penjelasan tentang bagaimana melakukan
perkawinan. Tetapi perkawinan ini akan dilakukan dengan harus
memperhatikan waktu (jam) birahi dari padi jantan dalam rentang waktu
jam 9 – 11 wita.
Setelah dilakukan perkawinan silang
benih, para peserta kembali ke kelas dan melakukan evaluasi tahapan
dan proses serta membuat perencanaan bersama tentang apa yang
dilakukan setelah acara praktek tersebut. Dalam evaluasi fasilitator
menyimpulkan bahwa kegiatan ini dinilai cocok karena hampir sebagian
besar padi ladang dan sawah di wilayah dampingan WTM yakni kecamatan
Magepanda, Mego dan Tanawaso belum berbulir. “Ini adalah kesempatan
bagi kami para peserta, untuk melakukan kawin silang,” kata petani
peneliti asal Bu Selatan, Siprianus Rehing.
Yuni (Masipag-Filipina) dan Elisabet
dari Miserior Jerman mengaku bangga karena para petani dampingan WTM
sangat serius dalam megikuti kegiatan ini. “Kami berharap agar ke
depan mereka bisa melakukannya di lapangan agar benih-benih lokal
yang hampir punah ini diselamatkan melalui pemulian benih,” kata
Elisabet.
Direktur WTM, Winfridus Keupung kepada
median ini menjelaskan, lembaga yang dipimpinnya bekerja sama dalam
program "Peningkatan kapasitas Masyarakt Tani dalam Adaptasi
Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usaha Tani Berbasis Konservasi"
dengan salah satu aktifitas yang dilakukan adalah Pemulian Benih.
“Pemulian Benih dimaksudkan untuk kembali mengidentifikasi
benih-benih padi lokal yang hampir punah setelah masuknya
varietas-varietas baru yang dibawa oleh korporasi dan dinas
pertanian,” kata Win.
Carolus Winfridus Keupung (Direktur
WTM) dalam sambutan pembukaannya mengucapkan terima kasih kepada
Miserior sebagai penyokong dana kepada WTM, dan kepada para
fasilitator. Bahwa, kegiatan ini penting untuk dilakukan oleh petani,
yang mana petani bisa melakukannya (mempraktikan) di kebun
masing-masing. “Diharapkan, beberapa tahun ke depan para petani
dampingan WTM di tiga kecamatan (Magepanda, Mego dan Tanawawo)
pastinya memberi sebuah nilai baru dalam proses pemulian benih
lokal,” kata Win.
Win mengakui bahwa kegiatan ini juga
merupakan kesempatan untuk menaikan barganing potition petani
yang selama ini hanya menjadi penanam tetapi tidak menjadi peneliti.
WTM bersama petani melakukan Kaji Banding dan Uji terap yang
pelakunya juga adalah para kader tani. “Kami melihat bahwa saatnya
petani harus didorong untuk merebut kembali kedaulatan benih yang
lama hilang,” katanya.
Herry, secara terpisah mengatakan
bahwa kegiatan penelitian ini dilakukan dalam dua metode yakni in
class untuk mengetahui apa dan tujuan penelitian ini dilakukan serta
langkah-langkah yang perlu dilakukan dan out class adalah untuk
mempraktekan teori-teori yang disampaikan. Dengan dua metode ini akan
mempermuda proses pemahaman petani dalam melakukan praktek kawin
silang benih, ujarnya.
Koordinator Advokasi, Riset,
Lingkungan dan Pengelolaan Hasil WTM Herry Naif yang ditemui terpisah
menambahkan bahwa kegiatan penelitian ini dilakukan dalam dua metode
yakni metode in class
untuk mengetahui apa dan tujuan penelitian ini dilakukan serta
langkah-langkah yang perlu dilakukan dan out class adalah untuk
mempraktikkan teori-teori yang disampaikan. “Denga dua metode ini
akan mempermudah proses pemahaman petani dalam melakukan praktik
kawin silang benih,” Kata Herry. Ediotor:
Steph Tupeng Witin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar