Selasa, 03 Desember 2013

Gubernur NTT Marah, Iklan Lifebuoy Dianggap Eksploitasi Kemiskinan NTT





Gubernur NTT Marah, Iklan Lifebuoy Dianggap Eksploitasi Kemiskinan NTT

 

Iklan 5 tahun bisa untuk NTT di televisi nasional yang diprotes masyarakat dan Gubernur NTT.
Iklan 5 tahun bisa untuk NTT di televisi nasional yang diprotes masyarakat dan Gubernur NTT. (sumber: Suara Pembaruan/Yoseph Kelen)
Kupang - Iklan PT Unilever Indonesia melalui merk sabun Lifebuoy mengampanyekan program "Lima Tahun Bisa untuk Nusa Tenggara Timur (NTT)" menuai protes dari Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya.
Menurutnya, iklan tersebut mengekploitasi kemiskinan di NTT.
“Tanpa sabun Lifebuoy, anak-anak NTT tidak bisa merayakan ulang tahun yang ke lima. Dengan iklan tersebut, sebagai Gubernur saya tersinggung”, ujar Frans Lebu Raya, ketika menghadiri Pekan Penerimaan Anggota Baru, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Kupang, Sabtu (30/11).
Baginya, kalau mau berbinis untuk kepentingan dunia usaha, Unilever jangan mengekploitasi kemiskinan di NTT.
“Jujur saja, boleh membantu orang NTT tapi jangan mengeksploitir kemiskinan untuk kepentingan dunia usaha”, Ujarnya.
Menurut pendiri GMNI NTT ini, dirinya sudah memerintahkan Sekretaris Daerah NTT untuk mencari perwakilan Lifebuoy untuk menghentikan iklan tersebut.
Untuk diketahui iklan "Lima Tahun Bisa untuk NTT", Lifebuoy memilih Desa Bitobe di Kabupaten Kupang sebagai proyek percontohan.
Iklan sabun mandi Lifebuoy versi "5 Tahun Bisa untuk NTT" bukan saja diprotes Gubernur NTT, namun masyarakat NTT juga memprotes terhadap iklan itu karena dianggap melecehkan masyarakat NTT.
Mereka menyebarkan petisi penolakan dan meminta iklan tersebut dihentikan penayangannya.
"Sebagai warga NTT merasa terganggu dengan iklan Lifebuoy yang ditayangkan di media televisi nasional. Kami menilai isi iklan itu tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Kami berani bilang itu adalah bentuk eksploitasi kemiskinan untuk kepentingan bisnis," kata Ketua Garda Bangsa Provinsi NTT Buche Brikmar di Kupang.
Iklan tersebut bertutur tentang kebiasaan warga Desa Bitobe, NTT, yang kurang memiliki kesadaran tentang hidup bersih. Akibat tidak hidup bersih, disebut dalam iklan itu, satu dari empat balita di NTT meninggal karena diare.
"Dalam isi iklan itu seolah-olah dengan membeli sabun Lifebuoy, maka dengan sendirinya kita menyelamatkan anak-anak NTT untuk bisa mengikuti ulang tahun yang ke lima. Ini jelas merupakan pencitraan produk," kata Buche.
Secara terpisah, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTT, Heribertus Naif, yang merupakan salah seorang pengagas petisi penolakan, mendesak Pemerintah Provinsi NTT untuk meminta penghentian tayangan iklan tersebut.
"Apa benar semua anak NTT terancam mati sebelum berusia lima tahun? Apa benar Lifebuoy yang membuat saya bisa merayakan ulang tahun ke 33? Apa benar hanya Lifebuoy yang peduli NTT? Kami Menuntut KPI melalui Gubernur NTT untuk segera menghentikan iklan itu dan segera pulihkan nama baik NTT yang dilecehkan," kata Heribertus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar