Kekeringan Karena Degradasi Lingkungan Penyangga
Posted on 29 Oct 2014. Hits : 191
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Nusa Tenggara Timur menilai
kekeringan hampir di seluruh negeri, terutama di provinsi kepuluan itu,
karena terjadi degradasi lingkungan kawasan penyangga.
"Untuk itu, perlu ada kemauan baik dari pemerintah dan seluruh elemen termasuk masyarakat daerah ini untuk mengevaluasi
kembali titik kawasan hutan sebagai penyangga," kata Direktur Wahana
Lingkungan Hidup Provinsi Nusa Tenggara Timur Heribertus Naif di Kupang,
Rabu.
Dia menjelaskan kekeringan yang terdampak saat ini,
selain karena pengaruh cuaca akibat El Nino, juga karena menurunnya
kualitas kawasan penyangga, sebagai bagian penting dari kesatuan ekologi
lingkungan.
Kekeringan yang terjadi hampir merata di seluruh
negeri ini, termasuk di Nusa Tenggara Timur, kata dia, sebagai potret
degradasi lingkungan akibat kualitas kawasan penyangga yang semakin hari
memburuk.
"Kondisi tersebut, semakin diperparah dengan kondisi
pemanasan global yang merambah hampir di sebagian jagad raya ini.
Kehidupan manuasi dengan perkembangan teknologi telah memberikan
sumbangan bagi terjadinya pemanasan global," katanya.
Dalam
konteks lokal, katanya, pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan
termasuk masyarakat, harus bersama-sama ikut membantu melakukan sejumlah
langkah untuk kepentingan penyelamatan lingkungan.
Menurut
Heribertus, sebagai upaya adaptasi dan mitigasi, Pemerintah Provinsi
Nusa Tenggara Timur hendaknya melakukan langkah-langkah dengan
pemantauan dan evaluasi kondisi kawasan hutan di daerah itu, untuk
mengetahui kondisi nyata di lapangan.
"Apakah masih membaik atau semakin buruk dan butuh penanganan cepat," katanya.
Selanjutnya, Pemerintah Nusa Tenggara Timur serta kabupaten/kota yang
ada, perlu melakukan evaluasi lengkap model pengelolaan sumber daya alam
untuk mengetahui apakah berorientasi pada keadilan ekologi ataukah
semata berorientasi pada pemenuhan pasar, tanpa melihat baku mutu
lingkungan.
Walhi, kata dia, secara kelembagaan juga berharap
ada niat baik dari pemerintah untuk melakukan proses penyelamatan hutan
dengan berorientasi pada upaya pemulihan ekologi yang selaras dengan
alam.
"Artinya bahwa proses penghijauan itu dilakukan penanaman
pohon yang menghijaukan dan mendatangkan air, bukannya dengan
pohon-pohon yang berorientasi pasar, seperti sengon, mahoni, dan jenis
ampupu. Harusnya didata pohon-pohon yang mendatangkan air, ditanam di
kawasan hulu," kata Heribertus.
Partisipasi masyarakat,
katanya, penting juga didorong dengan pola mengakomodasi kearifan lokal
yang kosmosentris, dengan menjadikan alam sebagai fokus perhatian
masyarakat untuk dilestarikan.
"Alam harus jadi fokus perhatian. Bukan homosentris, yang menjadikan alam hanya sebagai objek keruk," katanya.
Walhi juga berharap adanya kerja sama lintas sektor untuk menjadikan
hutan sebagai salah satu sumber hidup, dalam konteks tata kelola dan
ekologi, sehingga bisa bersama-sama menjaga dan melestarikannya.
"Tidak hanya untuk kepentingan keuntungan dengan konsep hutan industri," katanya.(ant/vaa)
Sumber:kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar