Secara
historis-kultural, padi merupakan sebuah tanaman yang diyakini
sebagai dewi. Atau
dalam sebutan orang sikka dua
nalu pare. Legenda
tentang
“dua
nalu pare”
dikisahkan bahwa pada suatu waktu terjadi kelaparan yang menimpah
wilayah Sikka. Pada saat itu, semua pemuka adat dari
Tana
ai, Lio,
Koting,
Sikka, Nita, Kangae,
Nuhan
(Palue)
berkumpul dan memperbincangkan bagaimana mengatasi permasalahan
kelaparan/paceklik di
wilayah tersebut.
Kemudian direncanakan para tokoh adat untuk
diadakan persembahan darah gadis perawan kepada leluhur. Sejak
upacara saat
itu, tumbuhlah dan menyebarlah padi di wilayah kabupaten
Sikka.
Sejak itu, diyakini bahwa padi adalah dewi
yang mana akan memberi makan pada warga saat kelaparan/paceklik.
Cerita
ini,
hingga hari ini masih diceritakan sebagai sebuah
legenda padi.
Dari
cerita ini pula
mau
diinformasikan bahwa
bagaimana secara sosio-kultural orang di Kabupaten Sikka menghormati
tanaman padi sebagai
sebuah makanan.
Secara
faktual, tanaman padi
hakekatnya menjadi penting bagi kehidupan manusia, menjadi kebutuhan
primer yang harus dipenuhi manusia. Tidak heran bila kemudian orang
mencari cara untuk mengoptimalkan tanaman padi. Teknik budidaya yang
baik dan peningkatan kemampuan berproduksi melalui usaha tani.
Peningkatan kemampuan tanaman adalah usaha untuk memperbaiki karakter
tanaman agar diperoleh tanaman yang lebih unggul. Usaha ini disebut
pemulian tanaman.
Pemulian
tanaman (plant breeding) adalah perpaduan antara seni (art) dan ilmu
(science) dalam merakit karagaman genetik suatu populasi tanaman
tertentu menjadi lebih baik atau unggul dari sebelumnya. Pemulian
tanaman sebagai seni terletak pada kemampuan dan bakat para pemulia
tanaman (plant
breeder)
dalam merancang dan melakukan proses seleksi (memilih) bentuk-bentuk
tanaman baru yang ingin dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
selera petani dan juga sesuai dengan tantangan permasalahan yang
sedang dan akan berkembang dalam kurun waktu 3-10 tahun.
Penelitian
perkawinan silang benih padi varietas
lokal
sebagai upaya pemuliaan benih padi. Penelitian ini diawali dengan
pelatihan dan diskusi mengenai perkawinan silang bersama Petani
Peneliti asal Lembor, Mathias Pagang.
Mengawali
kegiatan penelitian, Mathias menjelaskan mengenai proses penelitian
yang akan dilakukan sejak pemilahan bibit padi yang unggul dengan
mengidentifikasi varietas
padi
yang hendak diteliti
atau dikawinkan
seturut keinginan peneliti. Setiap varietas padi lokal
tentunya memiliki karakter yang berbeda. Untuk itu, para
peneliti
harus mengidentifikasi mengenai keunggulan dan kelemahan dari padi.
Setelah
itu menentukan pilihan keinginan yang mau diperoleh dari hasil
perkawinan tersebut. Bahwa “selama
ini, petani ditindas oleh korporasi-korporasi yang mampu membayar
para peneliti benih dan kemudian itu disebarkan kepada petani”.
Secara
teoritis, hal ini perlu dilakukan demi proses pemulian benih padi
varietas lokal, karena pada rentang waktu tertentu padi akan kembali
menjadi seperti karakter varietas awal. Atau dalam ilmu pertanian
dikatakan bahwa pengembangan padi pada F26, padi itu akan kembali
seperti karakter awal. Untuk itu, proses pemulian melalui perkawinan
silang antar varietas perlu dilakukan.
Kegiatan
“Penelitian Perkawinan Benih Padi” di Jiro-Jaro, Tana Li, Desa
Bhera, Kecamatan Mego (19-20 November 2015). WTM melakukan kegiatan
ini berkat dukungan kerja sama dengan Miserior. Beberapa persiapan
seperti; menyiapkan kerangka studi, melakukan komunikasi dan
koordinasi dengan nara sumber (Mathias Pagang) dan para petani
peneliti dari tiga (3) kecamatan yakni: Mego, Tanawawo dan Magepanda.
Pelaksaaan
kegiatan studi ini dikoordinasikan oleh Pusat
Riset dan Pengelolaan Lingkungan JIRO-JARO
yang merupakan salah satu bidang penelitian dan pengembangan di
Wahana Tani Mandiri. Dalam
pelatihan ini, sebagai percobaan penelitian bagi peserta panitia
menyiapkan padi chiheran dan Super.
Dua varietas ini sengaja dipilih panitia karena yang dekat dengan
puskolap Jiro-Jaro. Dari hasil percobaan penelitian tersebut, para
petani peneliti mengikuti prosesnya secara detail dan serius agar
kemudian bisa dipraktekan di kebunnya. Hasilnya semua padi yang
dikawinkan sebagian besar membentuk bulir.
Rencananya,
hasil studi Penelitian Benih Padi akan didokumentasikan sejak awal
penelitian hingga sampai pada proses perkawinan benih serta bagaimana
hasil penelitian tersebut, dalam bentuk buku atau film dokumenter
yang akan diterbitkan oleh Wahana Tani Mandiri dan Pusat Riset dan
Pengelolaan Lingkungan Jiro-Jaro, yang mana akan dimanfaatkan juga
sebagai metode sharing pengalaman dan pembelajaran bagi petani
lainnya.
Untuk
itu, kegiatan yang diikuti oleh 6 (enam) petani peneliti dan para
staf WTM. Sebelum mengakiri kegiatan tersebut, peserta membuat
perencanaan bersama sebagai keberlanjutan kegiatan. Petani peneliti
akan melakukannya di kebun masing-masing dengan mengidentifikasi padi
varietas lokal yang ada di kampungnya. Kegiatan ini akan didampingi
oleh fasilitator dan Tim WTM. Sedangkan para staf WTM pun akan
melakukan penelitian di Kebun pangan Jiro – Jaro.
Setiap
peneliti telah menentukan varietas padi lokal yang akan diteliti
sesuai dengan keinginannya yang disebut varietas idaman. Varietas
idaman adalah varietas yang diinginkan oleh petani dimana varietas
ini mempunyai banyak kelebihan dan tentunya sesuai dengan daerah
setempat1.
Untuk mendapatkan varietas idaman kita harus menganalisa sumber bahan
baku, yaitu: varietas lokal, varietas baru dan kerabat liar.
Alasan
Pemilihan Peserta dan Lokasi Penelitian
Penelitian
akan dilakukan petani peneliti di wilayah dampingan Wahana Tani
Mandiri (WTM) yakni: Kec. Magepanda, Tanawawo dan Mego. Petani
peneliti dipilih secara acak dari setiap kecamatan.
Dari
perencanaan itu, kemudian kegiatan tersebut dihadiri oleh 6 petani
peneliti yakni: Kanis Garu, desa
Done, Magepanda, (Padi IR 64 dan Super),
Beatriks Rika, desa
Bhera, Mego, (Pare Kupa vs Pare Mite)
Florianus Herizon Webron, Renggarasi – Tanawawo, (Pare
Gama vs Pare gorotuna) Yosef Siprianus
Rehing, Bu Selatan, (Pare ),
Kanisius Maku (Koro Bhera) dan Agustinus Tiga, Renggarasi –
Tanawawo(Pare Weteredhe vs Pare Oda).
Selain itu juga para staf juga akan melakukan penelitian di Kebun
contoh di Puskolap Jiro Jaro.
Tujuan
Penelitian
- Menyediakan informasi yang holistik tentang varietas padi lokal dan karakter masing-masing varietas yang diidentifikasi dan dikawinkan;
- Menjadikan Petani sebagai peneliti dalam meningkatkan kapasitas dan penemuan varietas baru (pemulian) padi;
- Memperdalam hasil penelitian benih demi terciptanya laboratorium padi lokal di Puskolap Jiro-Jaro
Ruang
Lingkup Penelitian
- Masalah apa saja yang dihadapi petani dalam mengembangkan benih padi lokal?
- Mencatat setiap fase perkembangan padi agar mengetahui permasalahan agar bisa mengetahui faktor penyebab kegagalan dan keberhasilan dalam menemukan benih varietas padi lokal yang unggul
- Bagaimana solusi atas permasalahan yang dihadapi petani dalam upaya pemenuhan bibit/benih padi
Proses
dan Tahanpan Penelitian
Beberapa
tahapan
proses
penelitian
yang akan dilakukan
oleh
peneliti, diantaranya:
- Pemilihan bibit/benih yang mau dikawinkanDalam rangka mencapai tujuan pemulian tanaman sesuai dengan varietas idaman maka peneliti perlu menyusun dan mengidentifikasi berbagai padi lokal serta membuat analisa kelebihan dan kekurangan dari varietas padi tersebut. (Lih. Tabel. 3)
Tabel
3. Analisa Kelebihan dan Kekurangan
-
NoAspekVarietas LokalVarietas baruPare LakaPare MengePare (….)Pare (…..)1Produksi Tinggi2Umur Pendek3Anakan Banyak4Tahan Hama5Rasa Nasi Enak6Harga Tinggi7Tahan Rebah8Rendemen9Warna Beras10Umur GenjaJumlah
- Penetuan Varietas yang ditelitiDari hasil identifikasi tersebut, peneliti telah mengetahui kelebihan dan kekurangan dari varietas tersebut maka peneliti dapat menentukan varietas yang hendak dikawinkan/diteliti.
- Koleksi varietas pilihanApabila peneliti belum memiliki varietas yang mau diteliti maka harus mencari pada sesama petani di kampung itu atau di kampung lainnya;
- Penentuan dan penyiapan Lahan/polibagPada tahap ini peneliti menentukan tempat/lokasi kebun yang mau dilakukan penelitian. Kalau ada yang ingin mengembangkannya di polibag maka harus disiapkan polibagnya.
- Penanaman Bibit PadiPada tahap ini, peneliti melakukan penanaman varietas padi yang mau diteliti atau dikawinkan dengan memperhatikan umur padi tersebut, agar waktu penyerbukan bersamaan sehingga penelitian bisa dilakukan.
- Perawatan TanamanPada tahap ini, peneliti hendaknya selalu merawat tanaman agar tumbuh subur dan diperoleh benih yang unggul;
- Pemilihan malai yang siap kawinSetelah padi mulai siap kawin maka perlu diseleksi malai jantan dan betina yang cocok atau siap kawin;
- Pengguntingan malai betina (emaskulasi)Emaskulasi adalah pembungan alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri. Padi termasuk salah satu tanaman hermaprodit dan fertil.Apabila ada 2 varietas maka paling kurang ada 4 pohon yang siap digunting. Misalnya; Malai betina varietas A dan B. Maka varietas A dan B digunting lalu A yang digunting dikawinkan dengan malai jantan B dan sebaliknya bila B yang digunting maka malai jantan A siap dikawinkan dengan malai bentina B.
- Pembungkusan malai betina yang diguntingPembungkusan untuk malai betina yang sudah digunting/dikebiri.Pada tahap ini peneliti hanya memiliki waktu sehari untuk mengawinkan malai jantan dan betina.
- Perkawinan Silang antar malai yang digunting (Betina) dan Malai JantanPerkawinan antara malai yang sudah digunting (betina) dengan Sari yang tidak digunting (jantan). Misalnya, varietas A dan B digunting lalu A yang digunting dikawinkan dengan malai jantan B dan sebaliknya bila B yang digunting maka malai jantan A yang dikawinkan. Ingat pada tahap ini, peneliti hanya memiliki waktu sehari saja. Bila lebih dari waktu sehari maka perkawinan tidak bisa dilangsungkan. Waktu perkawinan itu pukul 09.00 – 10.00 karen saat itu pori-pori si malai betina lagi terbuka.Alat dan bahan yang perlu disiapkan peneliti adalah: Gunting, Pinset/tusuk gigi, amplop, spidol, klip, label, ember, lakban
- Pengamatan Hasil Perkawinan PadiPada tahap ini peneliti mengamati malai betina yang digunting apakah keesokan harinya setelah pengguntingan itu nampak hijau/putih. Bila hijau maka penelitian anda berhasil dan padi tersebut bisa dikawinkan. Pengamatan ini dilakukan setelah 6-7 hari perkawinan. Setelah pengamatan malai tersebut harus kembali dibungkus sampai padi tersebut menguning/dewasa.
- Panen Benih hasil perkawinan (F1)Apabila dari pengamatan dilihat bahwa padi hasil perkawinan itu sudah menguning atau siap panen maka peneliti perlu mengambilnya dan mengeringkannya pada tempat yang dapat dipantau. Setelah mengering maka disimpan sebagai benih padi (F1) siap dikembangkan.
- Penanaman Benih (F1)Penanaman benih (F1) kemudian menghasilkan F2 dan seterusnya hingga F4 akan menjadi padi yang unggul sesuai dengan karakter yang diinginkan peneliti
- Laboratorium Benih PadiSetelah panen F1, setiap peneliti hendaknya memberikan bibit ke Puskolap Jiro Jaro sebagai pusat laboratorium varietas lokal. Ini dimaksudkan sebagai kampanye atas hasil penemuan benih padi hasil penelitian para petani
1H.
Masroni, Panduan SL-Pemulian Benih Tanaman Padi dan Sayuran
Lokal, (Indramayu: IPPHTI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar