Minggu, 14 Februari 2016

PEMULIAN VARIETAS PADI: KEDAULATAN PANGAN

Secara historis-kultural, padi merupakan sebuah tanaman yang diyakini sebagai dewi. Atau dalam sebutan orang sikka dua nalu pare. Legenda tentangdua nalu pare” dikisahkan bahwa pada suatu waktu terjadi kelaparan yang menimpah wilayah Sikka. Pada saat itu, semua pemuka adat dari Tana ai, Lio, Koting, Sikka, Nita, Kangae, Nuhan (Palue) berkumpul dan memperbincangkan bagaimana mengatasi permasalahan kelaparan/paceklik di wilayah tersebut. Kemudian direncanakan para tokoh adat untuk diadakan persembahan darah gadis perawan kepada leluhur. Sejak upacara saat itu, tumbuhlah dan menyebarlah padi di wilayah kabupaten Sikka. Sejak itu, diyakini bahwa padi adalah dewi yang mana akan memberi makan pada warga saat kelaparan/paceklik. Cerita ini, hingga hari ini masih diceritakan sebagai sebuah legenda padi. Dari cerita ini pula mau diinformasikan bahwa bagaimana secara sosio-kultural orang di Kabupaten Sikka menghormati tanaman padi sebagai sebuah makanan.
Secara faktual, tanaman padi hakekatnya menjadi penting bagi kehidupan manusia, menjadi kebutuhan primer yang harus dipenuhi manusia. Tidak heran bila kemudian orang mencari cara untuk mengoptimalkan tanaman padi. Teknik budidaya yang baik dan peningkatan kemampuan berproduksi melalui usaha tani. Peningkatan kemampuan tanaman adalah usaha untuk memperbaiki karakter tanaman agar diperoleh tanaman yang lebih unggul. Usaha ini disebut pemulian tanaman.
Pemulian tanaman (plant breeding) adalah perpaduan antara seni (art) dan ilmu (science) dalam merakit karagaman genetik suatu populasi tanaman tertentu menjadi lebih baik atau unggul dari sebelumnya. Pemulian tanaman sebagai seni terletak pada kemampuan dan bakat para pemulia tanaman (plant breeder) dalam merancang dan melakukan proses seleksi (memilih) bentuk-bentuk tanaman baru yang ingin dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan selera petani dan juga sesuai dengan tantangan permasalahan yang sedang dan akan berkembang dalam kurun waktu 3-10 tahun.
Penelitian perkawinan silang benih padi varietas lokal sebagai upaya pemuliaan benih padi. Penelitian ini diawali dengan pelatihan dan diskusi mengenai perkawinan silang bersama Petani Peneliti asal Lembor, Mathias Pagang.
Mengawali kegiatan penelitian, Mathias menjelaskan mengenai proses penelitian yang akan dilakukan sejak pemilahan bibit padi yang unggul dengan mengidentifikasi varietas padi yang hendak diteliti atau dikawinkan seturut keinginan peneliti. Setiap varietas padi lokal tentunya memiliki karakter yang berbeda. Untuk itu, para peneliti harus mengidentifikasi mengenai keunggulan dan kelemahan dari padi. Setelah itu menentukan pilihan keinginan yang mau diperoleh dari hasil perkawinan tersebut. Bahwa “selama ini, petani ditindas oleh korporasi-korporasi yang mampu membayar para peneliti benih dan kemudian itu disebarkan kepada petani”.
Secara teoritis, hal ini perlu dilakukan demi proses pemulian benih padi varietas lokal, karena pada rentang waktu tertentu padi akan kembali menjadi seperti karakter varietas awal. Atau dalam ilmu pertanian dikatakan bahwa pengembangan padi pada F26, padi itu akan kembali seperti karakter awal. Untuk itu, proses pemulian melalui perkawinan silang antar varietas perlu dilakukan.
Kegiatan “Penelitian Perkawinan Benih Padi” di Jiro-Jaro, Tana Li, Desa Bhera, Kecamatan Mego (19-20 November 2015). WTM melakukan kegiatan ini berkat dukungan kerja sama dengan Miserior. Beberapa persiapan seperti; menyiapkan kerangka studi, melakukan komunikasi dan koordinasi dengan nara sumber (Mathias Pagang) dan para petani peneliti dari tiga (3) kecamatan yakni: Mego, Tanawawo dan Magepanda.
Pelaksaaan kegiatan studi ini dikoordinasikan oleh Pusat Riset dan Pengelolaan Lingkungan JIRO-JARO yang merupakan salah satu bidang penelitian dan pengembangan di Wahana Tani Mandiri. Dalam pelatihan ini, sebagai percobaan penelitian bagi peserta panitia menyiapkan padi chiheran dan Super. Dua varietas ini sengaja dipilih panitia karena yang dekat dengan puskolap Jiro-Jaro. Dari hasil percobaan penelitian tersebut, para petani peneliti mengikuti prosesnya secara detail dan serius agar kemudian bisa dipraktekan di kebunnya. Hasilnya semua padi yang dikawinkan sebagian besar membentuk bulir.
Rencananya, hasil studi Penelitian Benih Padi akan didokumentasikan sejak awal penelitian hingga sampai pada proses perkawinan benih serta bagaimana hasil penelitian tersebut, dalam bentuk buku atau film dokumenter yang akan diterbitkan oleh Wahana Tani Mandiri dan Pusat Riset dan Pengelolaan Lingkungan Jiro-Jaro, yang mana akan dimanfaatkan juga sebagai metode sharing pengalaman dan pembelajaran bagi petani lainnya.
Untuk itu, kegiatan yang diikuti oleh 6 (enam) petani peneliti dan para staf WTM. Sebelum mengakiri kegiatan tersebut, peserta membuat perencanaan bersama sebagai keberlanjutan kegiatan. Petani peneliti akan melakukannya di kebun masing-masing dengan mengidentifikasi padi varietas lokal yang ada di kampungnya. Kegiatan ini akan didampingi oleh fasilitator dan Tim WTM. Sedangkan para staf WTM pun akan melakukan penelitian di Kebun pangan Jiro – Jaro.
Setiap peneliti telah menentukan varietas padi lokal yang akan diteliti sesuai dengan keinginannya yang disebut varietas idaman. Varietas idaman adalah varietas yang diinginkan oleh petani dimana varietas ini mempunyai banyak kelebihan dan tentunya sesuai dengan daerah setempat1. Untuk mendapatkan varietas idaman kita harus menganalisa sumber bahan baku, yaitu: varietas lokal, varietas baru dan kerabat liar.

Alasan Pemilihan Peserta dan Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan petani peneliti di wilayah dampingan Wahana Tani Mandiri (WTM) yakni: Kec. Magepanda, Tanawawo dan Mego. Petani peneliti dipilih secara acak dari setiap kecamatan.
Dari perencanaan itu, kemudian kegiatan tersebut dihadiri oleh 6 petani peneliti yakni: Kanis Garu, desa Done, Magepanda, (Padi IR 64 dan Super), Beatriks Rika, desa Bhera, Mego, (Pare Kupa vs Pare Mite) Florianus Herizon Webron, Renggarasi – Tanawawo, (Pare Gama vs Pare gorotuna) Yosef Siprianus Rehing, Bu Selatan, (Pare ), Kanisius Maku (Koro Bhera) dan Agustinus Tiga, Renggarasi – Tanawawo(Pare Weteredhe vs Pare Oda). Selain itu juga para staf juga akan melakukan penelitian di Kebun contoh di Puskolap Jiro Jaro.
Tujuan Penelitian
  • Menyediakan informasi yang holistik tentang varietas padi lokal dan karakter masing-masing varietas yang diidentifikasi dan dikawinkan;
  • Menjadikan Petani sebagai peneliti dalam meningkatkan kapasitas dan penemuan varietas baru (pemulian) padi;
  • Memperdalam hasil penelitian benih demi terciptanya laboratorium padi lokal di Puskolap Jiro-Jaro
Ruang Lingkup Penelitian
  • Masalah apa saja yang dihadapi petani dalam mengembangkan benih padi lokal?
  • Mencatat setiap fase perkembangan padi agar mengetahui permasalahan agar bisa mengetahui faktor penyebab kegagalan dan keberhasilan dalam menemukan benih varietas padi lokal yang unggul
  • Bagaimana solusi atas permasalahan yang dihadapi petani dalam upaya pemenuhan bibit/benih padi
Proses dan Tahanpan Penelitian
Beberapa tahapan proses penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, diantaranya:
  1. Pemilihan bibit/benih yang mau dikawinkan
    Dalam rangka mencapai tujuan pemulian tanaman sesuai dengan varietas idaman maka peneliti perlu menyusun dan mengidentifikasi berbagai padi lokal serta membuat analisa kelebihan dan kekurangan dari varietas padi tersebut. (Lih. Tabel. 3)
Tabel 3. Analisa Kelebihan dan Kekurangan
No
Aspek
Varietas Lokal
Varietas baru
Pare Laka
Pare Menge
Pare (….)
Pare (…..)
1
Produksi Tinggi




2
Umur Pendek




3
Anakan Banyak




4
Tahan Hama




5
Rasa Nasi Enak




6
Harga Tinggi




7
Tahan Rebah




8
Rendemen




9
Warna Beras




10
Umur Genja




Jumlah




  1. Penetuan Varietas yang diteliti
    Dari hasil identifikasi tersebut, peneliti telah mengetahui kelebihan dan kekurangan dari varietas tersebut maka peneliti dapat menentukan varietas yang hendak dikawinkan/diteliti.
  2. Koleksi varietas pilihan
    Apabila peneliti belum memiliki varietas yang mau diteliti maka harus mencari pada sesama petani di kampung itu atau di kampung lainnya;
  3. Penentuan dan penyiapan Lahan/polibag
    Pada tahap ini peneliti menentukan tempat/lokasi kebun yang mau dilakukan penelitian. Kalau ada yang ingin mengembangkannya di polibag maka harus disiapkan polibagnya.
  1. Penanaman Bibit Padi
    Pada tahap ini, peneliti melakukan penanaman varietas padi yang mau diteliti atau dikawinkan dengan memperhatikan umur padi tersebut, agar waktu penyerbukan bersamaan sehingga penelitian bisa dilakukan.
  1. Perawatan Tanaman
    Pada tahap ini, peneliti hendaknya selalu merawat tanaman agar tumbuh subur dan diperoleh benih yang unggul;
  1. Pemilihan malai yang siap kawin
    Setelah padi mulai siap kawin maka perlu diseleksi malai jantan dan betina yang cocok atau siap kawin;
  1. Pengguntingan malai betina (emaskulasi)
    Emaskulasi adalah pembungan alat kelamin jantan (stamen) pada tetua betina, sebelum bunga mekar atau sebelum terjadi penyerbukan sendiri. Padi termasuk salah satu tanaman hermaprodit dan fertil.
    Apabila ada 2 varietas maka paling kurang ada 4 pohon yang siap digunting. Misalnya; Malai betina varietas A dan B. Maka varietas A dan B digunting lalu A yang digunting dikawinkan dengan malai jantan B dan sebaliknya bila B yang digunting maka malai jantan A siap dikawinkan dengan malai bentina B.
  1. Pembungkusan malai betina yang digunting
    Pembungkusan untuk malai betina yang sudah digunting/dikebiri.Pada tahap ini peneliti hanya memiliki waktu sehari untuk mengawinkan malai jantan dan betina.
  1. Perkawinan Silang antar malai yang digunting (Betina) dan Malai Jantan
    Perkawinan antara malai yang sudah digunting (betina) dengan Sari yang tidak digunting (jantan). Misalnya, varietas A dan B digunting lalu A yang digunting dikawinkan dengan malai jantan B dan sebaliknya bila B yang digunting maka malai jantan A yang dikawinkan. Ingat pada tahap ini, peneliti hanya memiliki waktu sehari saja. Bila lebih dari waktu sehari maka perkawinan tidak bisa dilangsungkan. Waktu perkawinan itu pukul 09.00 – 10.00 karen saat itu pori-pori si malai betina lagi terbuka.
    Alat dan bahan yang perlu disiapkan peneliti adalah: Gunting, Pinset/tusuk gigi, amplop, spidol, klip, label, ember, lakban
  1. Pengamatan Hasil Perkawinan Padi
    Pada tahap ini peneliti mengamati malai betina yang digunting apakah keesokan harinya setelah pengguntingan itu nampak hijau/putih. Bila hijau maka penelitian anda berhasil dan padi tersebut bisa dikawinkan. Pengamatan ini dilakukan setelah 6-7 hari perkawinan. Setelah pengamatan malai tersebut harus kembali dibungkus sampai padi tersebut menguning/dewasa.
  1. Panen Benih hasil perkawinan (F1)
    Apabila dari pengamatan dilihat bahwa padi hasil perkawinan itu sudah menguning atau siap panen maka peneliti perlu mengambilnya dan mengeringkannya pada tempat yang dapat dipantau. Setelah mengering maka disimpan sebagai benih padi (F1) siap dikembangkan.
  1. Penanaman Benih (F1)
    Penanaman benih (F1) kemudian menghasilkan F2 dan seterusnya hingga F4 akan menjadi padi yang unggul sesuai dengan karakter yang diinginkan peneliti
  1. Laboratorium Benih Padi
    Setelah panen F1, setiap peneliti hendaknya memberikan bibit ke Puskolap Jiro Jaro sebagai pusat laboratorium varietas lokal. Ini dimaksudkan sebagai kampanye atas hasil penemuan benih padi hasil penelitian para petani








1H. Masroni, Panduan SL-Pemulian Benih Tanaman Padi dan Sayuran Lokal, (Indramayu: IPPHTI)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar