Senin, 21 Maret 2016

KELOMPOK SEATE PRAKTEKAN KRIPIK PISANG


Wahana Tani Mandiri (WTM) dalam analisa usaha tani, terutama difokuskan pada hasil kebun yang banyak dalam konteks pemasukan yang diterimanya secara langsung dan terus terjadi. Pisang menjadi salah satu hasil kebun yang bisa dikelolanya menjadi setengah jadi dan hasilnya justru jauh memberi nilai tambahan pendapatan. Bahwa, bila petani dengan kapasitas yang memadai dan mengelola pisang dalam berbagai produk. Untuk itu, dalam program Peningkatan Kapasitas Masyarakat Tani dalam Adaptasi Perubahan Iklim lewat Pendekatan Usaha Tani Berbasis Konservasi, kerja sama dengan Miserior - Jerman mendorong petani agar menjadikan pisang sebagai salah satu pendapatan alternatif petani.
Kelompok Se'ate, yang beranggotakan sembilan (9) menjadikan pisang sebagai salah potensi yang dapat dikelolanya. Sebagai kelanjutan dari analisis yang dibuat WTM dan para anggota Kelompok Se'ate dilakukan praktek pembuatan Kripik Pisang. Kegiatan yang difasilitasi Ernest Dua Sina (staf WTM) itu juga dihadiri oleh Kegiatan ini disaksikan oleh Bernard Kelan (kepala Desa Rero Roja) dan Fransiskus Toki (anggota BPD Rero Roja) serta Herry Naif (Koordinator Advokasi, Riset Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Hasil WTM), pada Jumat, (18/03/2016).
Ernest menyatakan bahwa masih banyak ketrampilan yang bisa dipraktekan. Hari ini kita fokus pada pembuatan kripik pisang, sebagai langka awal dalam mendorong pisang sebagai salah potensi masyarakat desa Rero Roja terutama di dusun Koro. Praktek seperti ini akan kita dorong sampai pada pengemasan. Malah ia, mengajak mereka untuk memberi nama pada kripik pisang yang akan dihasilkan di koro. Dari diskusi disepakati Kripkor (Kripik Pisang Koro), kata ibu tiga anak iniLebih lanjut
Di sela-sela praktek itu, Kepala Desa Rero Roja menyatakan bahwa sebagai pemimpin di wilayah ini sangat mendukung kegiatan-kegiatan pemberdayaan seperti ini. Kami dari pemerintah desa siap membantu petani untuk mengembangkannya, yang penting bahwa kegiatan ini tidak sekedar dan terjadi hari ini. Bahwa kegiatan seperti ini harus terus berlanjut dan kami pemerintah desa akan mengikutinya dan bila serius dilakukan kami siap mendukung petani, ujarnya.
Sedangkan Herry Naif, menyatakan bahwa WTM sedang menjadi turis lokal yang mana selain mendorong usaha tani terpadu juga bertanggung jawab dalam mengelola hasil kebun. Kita bukan hanya penjaga kebunnya orang, tetapi hasil yang ada harus diproduksi menjadi produk yang dipasarkan dengan harga yang lebih tinggi. Kalau pisang dijual langsung dengan harga yang murah, artinya tidak sadar kita sedang menjadi penjaga kebunnya orang. Sederhana saja kawan memilhat, orang yang tidak punya pohon pisang, tetapi dia membeli dan membuat pisang molen, kue pisang atau kripik dan lain-lain, kehidupan mereka jauh lebih baik dari kita yang bangga punya banyak rumpun pisang, ujarnya.
Saatnya, petani perlu menyadari ini sebagai sebuah kesadaran baru yang perlu melahirkan inisiatif-inisiatif lokal dalam upaya memperbaiki kualitas hidup. Selain itu, ajaknya untuk memulihkan lingkungan di koro yang mungkin sedang dalam kondisi kritis, mumpung sedang hujan. Mari kita menanam pohon-pohon yang mendatangkan air seperti sule, gaja, lele, bambu dan pohon-pohon lain yang dapat menghasilkan air, ajaknya.
Seusai praktek dan diskusi bersama, Afriana (ketua) mengucapkan terima kasih kepada para semua pihak yang selalu mendorong kelompoknya untuk terus maju. Menurutnya, kami mendengar dan menerima motifasi dari semua pihak agar kami lebih bersemangat dalam berorganisasi dan mengembangkan apa yang kami punya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar