Insiatif
dan gagasan itu, dibentuklah Yayasan Wahana Tani Mandiri (WTM) pada
tanggal 29 Januari 1996. Bersama lembaga ini, beliau melakukan
kerja-kerja program dan kemudian dinamika lembaga ia harus terdepak
dari Wahana Tani Mandiri . Namun, karena kiat advokasinya kemudian
dibentuklah Yayasan Pelita Rakyat (Yapera) pada tahun 1999.
Setelah
2 (dua) tahun berada di luar, Ia kemudian kembali ke WTM sebagai
Direktur. Perjalanan panjang ini kemudian menempah dirinya menjadi
aktifis yang matang dan bijaksana. Dalam semangat kepedulian dengan
petani, ia membawa WTM bekerja di wilayah Hale Hebing dan Doreng.
Pengalaman bekerja bersama petani dan beberapa penelitian yang
dilakukan serta didukung kapasitas dirinya yang berlatar belakang
pendidikan pertanian sejak di SPMA Bowae dan Politani kemudian ia
bersama grup WTM mengembangkan sebuah pola pertanian usaha terpadu.
Bahwa
pertanian itu harus memenuhi dirinya sendiri, mulai dari penciptaan
pupuk organik hingga pestisida organik. Kapasitas inilah kemudian
menjadikan WTM dan Krunya konsisten dengan advokasi pertanian.
Beberapa
tahun lalu, ia pun bukan hanya mengembangkan advokasi pertanian
tetapi mengadvokasi soal penanganan bencana di Sikka. Dari gagasannya
kemudian lahirlah Forum Penanggulangan Bencana Sikka yang
beranggotakan SKPD di Sikka dan beberapa lembaga sosial lainnya.
Dalam
kesibukannya, ia pun tak pernah lupa dengan keluarganya. Suami dari
Maria Aviana Lengga dan tiga anak ini sangat akrab dengan anak-anaknya. Ia sangat bersahaja
dengan kedua putranya (Charlos dan Chalvin) dan Putrinya (Charlin).
Selain
itu, Win pernah menjadi Direktur Eksektif Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia (WALHI) NTT (2008 – 2011). Selama menjadi Direktur WALHI,
ia harus pergi ke Sumba, Lembata, Timor untuk urusan advokasi
pertambangan.
Beberapa
catatan pengalaman ini, Win dinilai banyak orang sebagai tokoh yang
familiar dan konsisten. Sejak 1994, Ia banyak menawarkan konsep
pemberdayaan pertanian organik. Ia mendorong untuk sampai pada
kedaulatan pangan. Bahwa untuk mencapai kedaulatan pangan tentunya
harus didukung dengan banyak varietas pangan yang dikembangkan
petani. Karena itu WTM menolak pertanian dengan kimiawi dan varietas
tunggal karena menurutnya ini semakin menjerat petani dalam berbagai
permasalahan. Ia tak sungkan-sungkan bila berhadapan dengan dinas
pertanian yang berbeda model pengembangan pertanian.
Karena
konsistennya itu, Ia kemudian dinobatkan sebagai Pelopor Ketahanan
Pangan di Kabupaten Sikka pada hari Pangan Sedunia, 3 Desember 2015.
Seusai penerimaan penghargaan dari Bupati Sikka, Yosef Ansar Rera,
ketika secara terpisah ditemuinya Win menyatakan bahwa penghargaan
terhadap dirinya adalah sebuah wujud pengakuan negara terhadap
kerja-kerja advokasi yang dilakukan lembaga. Itu berarti bahwa ke
depan Dinas Pertanian Pemkab Sikka semestinya mengakomodiri beberapa
konsep pertanian yang dikembangkan WTM, yang mana menjadikan petani
subjek dalam pengelolaan pertanian. Malah kami di WTM lagi mendorong
adanya “Petani Peneliti” sebagai upaya menaikan nilai tawar
“bargaining potition” dari petani. Karena, petani pun bisa
menjadi peneliti karena itu profesinya yang harus dihargai.
Pengalamaan petani semestinya dihormati dan diakomodir sebagai model
baru yang bisa dijadikan model pembejaran berbagai pihak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar