SIGNAL SEBUAH KASIH
(Kenangan yang tak terlupakan)
Herry
Naif
Lembaran hidup terbuka di negeri sabana, bagian tengah
Utara Nusa Cendana. Rangkaian hidup pun telah ternota dalam edaran
masa sampai menghantar anak Nusa Cendana pada sebuah episode yang
bertutur tentang sebuah kisah bernuansa cinta.
Pada mulanya hanya suara halus yang bersumber dari suatu
kepolosan teramat suci. Gema suara itu mengharukan nurani anak
sabana. Dalam kepolosan dan keluguan, anak sabana jatuh dalam getaran
suara halus, laksana burung camar mengepak sayap menantang gelapnya
samudera biru, yang mendarat pada tanjung hati pendamba belaian
ilahi. Anak sabana pun mengembangkan layar bahtera panggilan demi
menantang samudera hati manusia lalu mendarat pada tanjung ketulusan
akan sebuah pengabdian.
Layar sudah berkembang. Bahtera pangilan terus berlayar
menuju puncak idaman terluhur di iringi kisah yang terpahat sejalan
tapak. Kisah hidup yang ternota dalam lembran hidup di negeri cendana
makin indah terlukis. Saat musim semi negeri luhur nusantara, anak
sabana persembahkan diri dalam ikrar suci di nusa cendana perbatasan
Timor Leste. Realitas sakral ini disaksikan ribuan mata yang
berkanjang dalam bangunan tua yang berlabur putih. Insan terpangil
terus mendayung bahtera melaju terus. Bulan Agustus tahun terakhir
abad kedua puluh satu, bahtera pangilan anak sabana merapat pada
sebuah dermaga di Nusa Bunga. Indahnya Nusa Bunga seakan mengusur
pergi kerinduan akan kampung halaman. Kedatangan anak sabana di sini
demi merias diri dalam suatu pribadi yang humanistis di puncak bukit
suci.
Hari terus berkisah seiring cahaya mentari yang berpijar
indah di balik bukit suci. Tekat putera sabana masih terpaut pada
cinta dan cita tungal “Berbakti
seutuhnya pada dia". Nuansa
keheningan di bangun yang berlabur putih pula di negeri bunga
tepatnya pada peergantian edaran purnama, sepoi angin menebarkan
bayang indah seraut wajah puteri bunga tepatnya pada pergantian
edaran purnama, sepoi angin menebarkan bayang indah seraut wajah
puteri bunga datang brcengkrama dalam angan insan terpangil.
Pertemuan pertama ini terus melintas dalam tapak suci.
Kembali kisah suci kebersamaan semakin mengalun indah menerpa hati
yang masih ada pada cinta tungal yang luhur. Melodi itu makin lantang
pada predaran purnama dengan mengabarkan pada penguasa siang.
Nikmatnya melodi itu kian terasa bila bayangan sang puteri membayang
dalam peraduan.
Ach….Inikah sebuah pratanda akan diterpanya cinta
teramat mulia yang selama ini menjadi obsesi?.....oh aku tak kuasa.
Bagaimana pun itu adalah sebuah rasa yang dimiliki oleh insan
penghuni dunia. Haruskah selubung pakain putih tak boleh diterpa ……?
Tidak……..! Tidak ……!
Mungkin ada yang mengelak. Tatapan puteri bunga saat
terlontarnya pertanyaan yang terkait langsung dengan keadaan
keberadaan anak sabana dalam lajur pangilan. Ya…… pernyataan itu
terkait lantaran ada rasa bergelayut.
Motif itu membawa interprestasi signal sebuah kasih ……..
Bahtera lalu berkabar bagai musafir membawa terus kasih
itu dalam nuansa kebersamaan. Slogan kasih mulai berkibar di hati
putera sabana dan puteri nusa bunga. Kebimbangan datang meraja di
nubari masing–masing insane pemilik kasih itu.
Sementara dalam bangunan putih, benih kasih berkecambah
di plataran sanubari. Apakah dia di sana tahu telah memiliki untuk
mengasihinya….?
Di sudut lain nurani terus bertutur “barang siapa
mengikuti aku ia harus tingalkan segala-galanya. “Ah…aku tahu…
tapi bagaimana?” Antara rasa dan nurani berebut tempat dalam
prioritas saat anak sabana di hadapkan pada dua pilihan yang
sama-sama mengembangkan nuansa kasih yang berpusat pada rasa untuk
mengasihi. Ku lihat sesuatu yang indah padanya” kira-kira kata
itulah yang terus berdendang dalam asa sebuah rasa.
“Tuhan Yesus….. izinkanlah aku mencintainya tanpa
mengurangi kisah sayangku pada-Mu.
Akhirnya sebuah nada permohonan terperanjat ke haribaan
sang guru ilahi. Kebersamaan kian terangkai pada kedekatan hati
masing-masing bersenandung kasih, mungkin kasih yang disenandungkan
oleh dua insan berlaianan pulau; yakni Dani dan Merry akan beranjak
pada konser kerinduan yang berpuputkan cinta…….
Kota
tsunami, Desember 1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar