Sabtu, 02 Februari 2013


SIGNAL SEBUAH KASIH
(Kenangan yang tak terlupakan)
 Herry Naif

Lembaran hidup terbuka di negeri sabana, bagian tengah Utara Nusa Cendana. Rangkaian hidup pun telah ternota dalam edaran masa sampai menghantar anak Nusa Cendana pada sebuah episode yang bertutur tentang sebuah kisah bernuansa cinta.

Pada mulanya hanya suara halus yang bersumber dari suatu kepolosan teramat suci. Gema suara itu mengharukan nurani anak sabana. Dalam kepolosan dan keluguan, anak sabana jatuh dalam getaran suara halus, laksana burung camar mengepak sayap menantang gelapnya samudera biru, yang mendarat pada tanjung hati pendamba belaian ilahi. Anak sabana pun mengembangkan layar bahtera panggilan demi menantang samudera hati manusia lalu mendarat pada tanjung ketulusan akan sebuah pengabdian.

Layar sudah berkembang. Bahtera pangilan terus berlayar menuju puncak idaman terluhur di iringi kisah yang terpahat sejalan tapak. Kisah hidup yang ternota dalam lembran hidup di negeri cendana makin indah terlukis. Saat musim semi negeri luhur nusantara, anak sabana persembahkan diri dalam ikrar suci di nusa cendana perbatasan Timor Leste. Realitas sakral ini disaksikan ribuan mata yang berkanjang dalam bangunan tua yang berlabur putih. Insan terpangil terus mendayung bahtera melaju terus. Bulan Agustus tahun terakhir abad kedua puluh satu, bahtera pangilan anak sabana merapat pada sebuah dermaga di Nusa Bunga. Indahnya Nusa Bunga seakan mengusur pergi kerinduan akan kampung halaman. Kedatangan anak sabana di sini demi merias diri dalam suatu pribadi yang humanistis di puncak bukit suci.

Hari terus berkisah seiring cahaya mentari yang berpijar indah di balik bukit suci. Tekat putera sabana masih terpaut pada cinta dan cita tungal “Berbakti seutuhnya pada dia". Nuansa keheningan di bangun yang berlabur putih pula di negeri bunga tepatnya pada peergantian edaran purnama, sepoi angin menebarkan bayang indah seraut wajah puteri bunga tepatnya pada pergantian edaran purnama, sepoi angin menebarkan bayang indah seraut wajah puteri bunga datang brcengkrama dalam angan insan terpangil. 
 
Pertemuan pertama ini terus melintas dalam tapak suci. Kembali kisah suci kebersamaan semakin mengalun indah menerpa hati yang masih ada pada cinta tungal yang luhur. Melodi itu makin lantang pada predaran purnama dengan mengabarkan pada penguasa siang. Nikmatnya melodi itu kian terasa bila bayangan sang puteri membayang dalam peraduan. 
 
Ach….Inikah sebuah pratanda akan diterpanya cinta teramat mulia yang selama ini menjadi obsesi?.....oh aku tak kuasa. Bagaimana pun itu adalah sebuah rasa yang dimiliki oleh insan penghuni dunia. Haruskah selubung pakain putih tak boleh diterpa ……? Tidak……..! Tidak ……! 
 
Mungkin ada yang mengelak. Tatapan puteri bunga saat terlontarnya pertanyaan yang terkait langsung dengan keadaan keberadaan anak sabana dalam lajur pangilan. Ya…… pernyataan itu terkait lantaran ada rasa bergelayut. 
 
Motif itu membawa interprestasi signal sebuah kasih ……..
Bahtera lalu berkabar bagai musafir membawa terus kasih itu dalam nuansa kebersamaan. Slogan kasih mulai berkibar di hati putera sabana dan puteri nusa bunga. Kebimbangan datang meraja di nubari masing–masing insane pemilik kasih itu.

Sementara dalam bangunan putih, benih kasih berkecambah di plataran sanubari. Apakah dia di sana tahu telah memiliki untuk mengasihinya….? 
 
Di sudut lain nurani terus bertutur “barang siapa mengikuti aku ia harus tingalkan segala-galanya. “Ah…aku tahu… tapi bagaimana?” Antara rasa dan nurani berebut tempat dalam prioritas saat anak sabana di hadapkan pada dua pilihan yang sama-sama mengembangkan nuansa kasih yang berpusat pada rasa untuk mengasihi. Ku lihat sesuatu yang indah padanya” kira-kira kata itulah yang terus berdendang dalam asa sebuah rasa. 
 
Tuhan Yesus….. izinkanlah aku mencintainya tanpa mengurangi kisah sayangku pada-Mu.

Akhirnya sebuah nada permohonan terperanjat ke haribaan sang guru ilahi. Kebersamaan kian terangkai pada kedekatan hati masing-masing bersenandung kasih, mungkin kasih yang disenandungkan oleh dua insan berlaianan pulau; yakni Dani dan Merry akan beranjak pada konser kerinduan yang berpuputkan cinta…….

Kota tsunami, Desember 1999

Tidak ada komentar:

Posting Komentar